Minggu, 27 Mei 2012


“Hakekat Puasa adalah pengendalian diri.” Begitulah pesan KH. Zainuddin MZ., beberapa tahun yang lalu. Namun pesan ini tidak hanya kontekstual pada saat itu saja tetapi juga menjadi pesan abadi sepanjang puasa masih diwajibkan.
Menurut kebiasaan kita, tanda puasa dimulai manakala kita mendengar suara teriakan “Imsyak” dari mesjid-mesjid, mushola, atau surau di sekitar kita. “Imsyak” sebuah peringatan untuk menahan diri dari segal hal yang dapat membatalkan puasa kita, mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Pada waktu-waktu tersebut, kita adalah orang-orang yang berusaha menetapkan diri untuk tidak melakukan apapun yang dapat merusak nilai puasa kita. Setidaknya inilah yang menjadi ketetapan kita pada saat melaksanakan ibadah puasa.
Tetapi apa puasa itu sebenarnya? Puasa bukan sekedar pekerjaan fisik, tetapi juga olah jiwa dan spiritual untuk menaiki tangga transendental. Sebagaimana kita ketahui dari pengajian-pengajian, bahwa pahala puasa hanya Allah yang tahu. Berkaitan dengan hal ini, saya ingin menceritakan kepada Anda bagaimana proses pesawat ruang angkasa mulai tinggal landas:
Sebelum meninggalkan landasannya, pesawat luar angkasa menghabiskan bahan bakarnya hampir 60 % di awal. Sementara sisanya 30-40 % menjadi energi pada saat ia melayang di luar angkasa. Tekanan untuk memulai penerbangan menjadi titik permulaan yang sangat sulit, namun setelah itu pekerjaan menjadi mudah karena pesawat hanya akan melayang.
Puasa memaksa kita untuk membersihkan diri dengan beban-beban kehidupan yang kita lalui dengan penuh susah payah bagi sebagian orang, dan dengan berfoya-foya bagi yang lainnya. Puasa mengantarkan kita pada kondisi dimana jiwa dan raga kita terdiri dari unsur esensial yang dapat mendekatkan kita dengan Tuhan. Tuhan adalah esensi yang Maha Suci, dan hanya makhluk yang suci yang dapat mendekatinya. Tuhan adalah eksistensi yang sangat Transenden, dan hanya makhluk yang sangat spiritual yang dapat mendekatinya. Tuhan tidak bermaksud menyulitkan hamba-Nya, untuk mendekat kepada-Nya. Tetapi Tuhan mendidik kita untuk melepaskan semua beban yang tidak perlu ada di pundak kita, agar dapat menemuinya dengan khusyuk. Dan puasa membantu kita untuk melepaskan beban-beban tersebut.
Setahu saya tidak ada seorang pun di dunia ini yang ingin hidup dengan penuh penderitaan, yang hidup dengan beban-beban fisik dan psikis, singkatnya dari semua beban yang tidak perlu. Menurut hemat saya, beban-beban itu tidak datang dari Tuhan, ia ada justru karena kondisi diri kita masing-masing. Mari kita coba renungkan kembali kondisi ini. Tuhan justru membimbing kita dengan kehidupan yang ringan, yang tidak terbelit-belit, yang tidak menyusahkan. Saya menyatakan ini bukan bermaksud mendualismekan pandangan kehidupan yang bahagia dengan tidak bahagia, yang mudah dengan yang berat. Tetapi saya ingin menunjukkan kepada Anda, bahwa kehidupan ini, yang sedang Anda jalani adalah pilihan Anda sendiri, bukan pilihan orang lain. Anda yang menentukan bagaimana Anda menjalani kehidupan Anda, dan Andalah yang bertanggung jawab sepenuhnya.
Logikanya, rekan-rekan  Tuhan tidak menginginkan kita tidak bahagia, Ia menginginkan kita hidup dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan. Karena itu, Ia menuntun kita pada jalan keselamatan jiwa dan raga, salah satunya adalah BERPUASA.
Selama ini, kita terlalu membiarkan diri kita hidup dengan hasrat dan nafsu yang memburu kita dan memaksa kita mengerjakan hal-hal yang tidak produktif, sehingga kehidupan kita bukannya tambah membaik, sebaliknya semakin jatuh dan terjatuh lagi. Puasa mengajak kita kembali pada fitroh kehidupan yang semestinya. Puasa mengajarkan kita untuk hidup lebih positif dengan diri kita, keluarga kita, lingkungan kita, dan berbuat baik bagi kehidupan umat manusia. Puasa adalah tuntunan yang mensucikan jiwa, pikiran, raga kita untuk kembali menjemput kerinduan Tuhan.
Selama ini kita selalu memaksakan diri kita rindu pada Tuhan. Tetapi sekarang Tuhan yang sedang merindukan kita, dan memaksa kita untuk hadir dalam kerinduannya. Sebagai penutup tulisan ini saya tuliskan puisi ini untuk Anda:
————
Tasbih Kerinduan
Tuhan pernah berfirman: “Aku adalah mutiara tersembuyi, maka kuciptakan semesta ini agar mereka mengetahui bahwa Aku ada.”
Aku adalah kerinduan yang berapi-api yang akan mengisi rongga-rongga kehidupan insani,
yang tidak pernah berhenti mengisi dan memenuhi hasrat-hasrat bercinta dari para pencari dan pencinta.
Aku bukanlah misteri yang tidak akan pernah bisa kau gapai,
tetapi Aku adalah realitas yang sangat dekat dengan kedirianmu, bahkan aku hadir dalam setiap nafasmu.
Jangan kau biarkan Aku jauh dari hatimu, sementara Aku selau hadir menjadi Suara Hatimu.
Aku sadar meski kau sering melupakan Aku, tetapi Aku akan selalu mengingatimu.
Aku sadar meski kau sering mengasingkan Aku dalam sanubarimu, tetapi Aku akan selalu hadir mengisi setiap kekosongannya, memenuhi setiap celah-celah yang tidak bisa kau tutupi.
Aku adalah cinta yang menggebu, yang menderu, yang tidak tertahankan lagi.
Aku memaksamu untuk hadir dalam pelukanku, tetapi kau tolak pelukan hangatku.
Meski Aku marah atas perlakuanmu pada-Ku, tetapi kasihku sangat kuat kepadamu maka tidak kubuat marahkan melukai hatimu.
Oo..para pecinta, hadirlah! Penuhi dahagamu dengan telaga al-kautsar dan kesejukan jannatunna’im…………
Jadilah burung-burung merpati yang terbang bebas melintasi surga-Ku, mengembangkan sayap-sayapmu tanpa kau risaukan lagi kehidupan ini.
Oo..para pecinta, mengalirlah! Mengalirlah bersama sungai surga-Ku, menyatulah bersama desiran air, sambil bertasbih, bertahmid, dan bertakbir………..Allahu Akbar……
Jangan lagi kau lari menjauh, sementara Aku selalu merindukanmu
Jangan lagi kau menafikan diri-Ku, sementara Aku selalu mengakuimu sebagai citra-Ku
Jangan lagi kau tutup celah-celah hatimu, dan biarkan Aku hadir menyemai setiap celahnya
Jangan lagi kau gelapkan hatimu, maka biarkan Aku hadir menyinari kegelapan itu
Aku tidak akan menolakmu
datanglah…datanglah…datanglah…
menyatulah bersama diri-Ku
menyatulah bersama eksistensi-Ku
Engkau meminta, Aku hadir menyambut do’amu
Tidak ada lagi permintaanmu yang jauh dari pendengaran-Ku…
Bersihkanlah dirimu, bersihkanlah hatimu, bersihkanlah hasratmu…
Dan jadikanlah dirimu adalah Aku, hatimu adalah Aku, hasratmu adalah Aku..
Dan Aku menjadi kehidupanmu, hingga Aku selalu merindukanmu kembali…..
Subhaanalloh, Alhamdulillah, Allahu Akbar…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar